BANTUL, Sumbarlivetv Peran Milenial Meneladani Spirit Perjuangan Pangeran Diponegoro di Pekan Budaya Selarong. Karang taruna Dipo Ratna Muda Guwosari bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Dirjen Kebudayaan menggelar Pekan Budaya Selarong dengan tema “Peran Milenial Meneladani Spirit Perjuangan Pangeran Diponegoro” bertempat di Kompleks Wisata Goa Selarong, Guwosari, Pajangan dan secara daring melalui aplikasi virtual, Sabtu (13/11).

Generasi Milenial saat ini sudah tidak perlu berperang melawan penjajah dengan senjata, namun memiliki peran penting sebagai agen perubahan. Generasi Milenial juga diharapkan bisa terus melestarikan budaya dan sejarah yang ada dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.

Pada hari, dilaksanakan 2 rangkaian acara Pekan Budaya Selarong antara lain Sarasehan Budaya dan napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro yang dipimpin langsung oleh Ki Roni Sodewo. Banyaknya peserta napak tilas membuktikan bahwa pemuda saat ini masih antusias dengan nilai-nilai sejarah dan perjuangan pahlawan kita.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Bantul Nugroho Eko Setyanto, S.Sos, MM sangat mengapresiasi Karangtaruna Dipo Ratna Muda yang telah menginisiasi acara Pekan Budaya Selarong 2021. “Ketika di suatu tempat anak-anak mudanya sangat aktif, maka seiring berjalan desa tersebut akan maju seperti yang ada di Kalurahan Guwosari ini,” ujar Kepala Disbud.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI Dr. Restu Gunawan, M.Hum menuturkan bahwa Karangtaruna Dipo Ratna Muda dikaruniai tempat yang sarat akan sejarah, maka dari itu perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk pendidikan dan pariwisata guna meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. “Buah manis itu buah sawo, Pergi ke jogja naik kereta, Teladani semangat Diponegoro, Beri inspirasi hati kita,” pantun Restu Gunawan membuka secara resmi acara Sarasehan Budaya.

Sejarah mencatat perang jawa dikenal sebagai perang yang menelan korban paling banyak dalam sejarah Indonesia dengan jumlah korban jiwa 8000 serdadu Hindia-Belanda, 7000 pribumi, dan 200.000 orang jawa, serta kerugian materi sebanyak 25 juta Gulden (mata uang Hindia-Belanda) yang kemudian juga disebut dengan Perang Diponegoro.

Lurah Guwosari Masduki Rahmat, SIP menjelaskan pada tahun 2013 UNECSO telah menetapkan satu peninggalan Pangeran Diponegoro sebagai Warisan Ingatan Dunia, yaitu Babad Diponegoro. Merupakan naskah klasik buatan Pangeran Diponegoro, Babad Diponegoro berisi kisah perjalanan hidup beliau yang memiliki nama kecil Raden Ontowiryo.

“Sejak masih muda Pangeran Diponegoro telah berjuang, menjadi spirit, sebagai agen perubahan untuk mengusir penjajah pada waktu itu. Hal ini diharapkan bisa menjadi suri tauladan kepada Generasi Milenial, generasi muda yang ke depan mereka bisa menjadi agen perubahan, agen pembangunan, dan agen penerus bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa para pahlawannya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa para pahlawannya,” kata Masduki.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan Seminar Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro oleh Prof. Peter Carery dan Gerakan Pelestarian Sejarah Pangeran Diponegoro oleh Rahadi Saptata Abra Ketua Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro. Terakhir diumumkan tata cara dan persyaratan lomba esai dengan tema “Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro”.

KOEM/hms

Tinggalkan Balasan