Allah SWT sudah menciptakan manusia sebagai makhluk dengan sebaik-baik bentuk, sebagai makhluk Allah yang paling sempurna tentu ada hikmah dibalik proses penciptaan manusia. Hal ini di abadikan dalam Al-quran surah Al-baqarah ayat 30 yang berbunyi sebagai berikut :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat ; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata ; “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan berbuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman ; “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Melalui ayat tersebut kita mengetahui tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk jadi pemimpin (khalifah) di bumi. Baik itu pemimpin diri sendiri, keluarga, kelompok, golongan, hingga bangsa dan negara. Pemimpin adalah amanah yang baik ataupun buruknya mesti di pertanggung jawabkan di dunia maupun di akhirat. Menjadi pemimpin harus siap menerima kritikan dan masukan, jangan menjadi pemimpin yang keras kepala dan mati rasa, dan jangan pula menjadi pemimpin yang melacurkan diri untuk sebagian golongan, jadilah pemimpin yang adil dan membawa kebaikan untuk semua.
Maka sangat patut jika Umar Bin Khattab saat di angkat menjadi khalifah menyampaikan pidato yang sangat terkenal hingga saat ini, diantaranya ;
“Allah telah menguji kalian dengan saya, dan menguji saya dengan kalian. Sepeninggal Abu Bakar Ash Shiddiq sekarang saya yang berada di tengah-tengah kalian. Tidak ada persoalan kalian yang harus saya hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain, dan tidak ada yang tidak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka”.
“Bantulah saya dalam tugas saya menjalankan amar makruf nahi munkar dan bekalilah saya dengan nasihat-nasihat saudara-saudara, sehubungan dengan tugas yang di percayakan Allah kepada saya demi kepentingan saudara-saudara sekalian”.
Ucapan Umar Bin Khattab tersebut mengingatkan kita bahwa jabatan adalah ujian dari Allah, maka jadilah pemimpin yang senantiasa bersikap rendah hati, dan tidak gentar atau merasa terhina jika ada masyarakat yang menegur cara kepemimpinannya demi kepentingan bersama.
Belakangan banyak bermunculan orang-orang yang mengejar pangkat dan jabatan dengan berbagai hal yang mendasari. Diantara mereka ada yang benar-benar ingin mengabdi dan ada juga yang semata-mata mencari kekuasaan dengan maksud tertentu.
Banyak orang yang berapi-api mengatakan jika dia adalah pemimpin yang hebat namun jika bicara lebih jauh mengenai kepemimpinan akan muncul dua hal yang berbeda yaitu pemimpin dan pimpinan. Sekilas memang terlihat sama namun ada perbedaan cukup mendasar terhadap karakter seorang pemimpin dan pimpinan itu sendiri.
Pemimpin lebih kepada karakter seseorang yang menjiwai, banyak di jumpai orang biasa yang tidak memiliki pangkat dan kedudukan namun berjiwa pemimpin. Sedangkan pimpinan adalah seseorang yang hanya mengisi jabatan struktural dan di hormati sebatas formalitas sebagai atasan. Meskipun tidak banyak, seorang pimpinan juga ada yang memiliki jiwa pemimpin.
Dari sini terlihat dengan jelas jika seorang pimpinan belum tentu pemimpin, begitupun sebaliknya seorang pemimpin belum tentu sebagai pimpinan. Pemimpin adalah orang yang memiliki kharisma, keahlian, dan memiliki pengaruh di lingkungan tempatnya berada, sementara pimpinan adalah orang yang ditunjuk secara formal untuk menjadi atasan, atau orang yang pangkatnya lebih tinggi daripada kita.
Contoh dari pimpinan antara lain ; kepala kantor, kepala sekolah, kepala lembaga, kepala dinas, rektor, supervisor, manajer, direktur dan jabatan struktural lainnya. Sementara seorang pemimpin bisa lahir darimana saja boleh jadi dari seorang bawahan, hingga orang biasa yang tidak memiliki legalitas kedudukan sama sekali.
Contoh lainnya bisa terlihat pada sebuah lembaga pemerintahaan, perusahaan, kantor, hingga perguruan tinggi. Masing-masingnya memiliki pimpinan yang ditunjuk secara resmi oleh mereka yang memiliki kekuasaan. Walaupun demikian jika pimpinan itu tidak berjiwa pemimpin pengaruh yang dia berikan hanyalah sebatas formalitas sebagai pemegang kekuasaan. Yang lebih berpengaruh dalam mengendalikan orang yang bekerja justru orang lain yang berjiwa pemimpin, sehingga muncullah dualisme kepemimpinan dalam satu tubuh yang disebut formal dan non formal.
Disisi lain perbedaan keduanya dapat di lihat pada sikap mereka terhadap orang-orang di lingkungannya. Pemimpin akan mengayomi seluruh anggotanya dengan berorientasi pada kesepakatan bersama dalam memecahkan masalah sebelum mengambil keputusan tanpa meninggalkan sudut pandang keilmuan dalam mengkaji baik, buruk, sebab, dan akibat.
Di Minangkabau seorang pemimpin di gambarkan seperti “Kayu gadang di tangah koto, bapucuak sabana bulek, baurek sabana tunggang, batangnyo tampek basanda, dahannyo tampek bagantuang, ureknyo tampek baselo, daunnyo tampek balinduang, tampek balinduang kapanehan, tampek bataduah kahujanan”. Artinya seorang pemimpin itu haruslah menjadi panutan dan dapat melindungi anggotanya, situasi seperti ini akan melahirkan keakraban yang berlandaskan kekeluargaan.
Lain halnya dengan pimpinan, yang orientasi utamanya adalah pelaksanaan perintah yang dia berikan kepada anggotanya. Hubungan yang terjalinpun hanya sebatas bawahan dengan atasan. Tidak sedikit pimpinan yang gila hormat bahkan bersikap arogan. Dalam setiap kesempatan dia akan berupaya menunjukkan kepada khalayak jika dia adalah seorang yang berpengaruh seperti memberi perintah yang tidak penting, mencari-cari kesalahan, hingga memaki-maki bawahannya dihadapan banyak orang. Yang paling konyol dan sulit diterima akal sehat, saat pimpinan melimpahkan kesalahan yang dia perbuat kepada bawahannya atau siapapun yang bisa dia korbankan untuk menciptakan pandangan dirinya suci dari kesalahan.
Jadi siapakah anda, pemimpin atau pimpinan?
Dilansir dari beberapa sumber di tambah sudut pandang kaca mata penulis yang terbatas, berikut kami uraikan contoh lain perbedaan sikap pemimpin dan pimpinan :
Pemimpin bertindak atas dasar kemaslahatan bersama, sedangkan pimpinan ditunggangi kekuasaan dan kepentingan.
Pemimpin di taati karena pengaruh baik dan kharismanya hingga tidak ada rasa keterpaksaan dalam bekerja, sedangkan pimpinan di patuhi karena rasa takut bawahan dan formalitas jabatan.
Dalam sebuah proses pemimpin akan berperan aktif dan bertanggung jawab, sedangkan pimpinan hanya bisa menuntut hasil optimal namun berlepas tangan. Jika gagal itu murni kesalahan anggota, namun jika berhasil itu berkat kerja keras dan inovasinya.
Pemimpin yang baik akan berupaya memberi suntikan energi positif kepada seluruh anggotanya agar tetap semangat dan enerjik dalam bekerja, sedangkan pimpinan akan menguras habis energi anggotanya tanpa berfikir jauh kedepan.
Seorang pemimpin paham apa yang musti dia lakukan, selanjutnya akan mengimbau atau mengajak anggotanya untuk mengerjakan secara bersama-sama menurut keahlian masing-masing, sedangkan pimpinan akan memberi perintah dan menitik beratkan secara penuh pada anggotanya.
Jadi siapakah anda, pemimpin atau pimpinan?
Ditulis oleh : Frans Fradinen, Jurnalis dan Staff Humas Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat