Padang, SumbarliveTV – Zoon Politicon Menjadi Zoom Politicon Selama Pandemi Covid 19. Pandemi virus Covid-19 telah memberikan pembatasan ruang aktifitas sosial bagi semua manusia. Tidak hanya pembatasan sosial, situasi pandemi membuat manusia terpaksa melakukan penundaan hingga pembatalan aktifitas yang melibatkan banyak manusia.

Setiap manusia harus menaati aturan pembatasan aktifitas demi menekan angka penularan virus Covid-19. Anjuran Work From Home (WFH) merupakan salah satu dampak Covid-19, kebijakan tersebut dibuat oleh pemerintah agar masyarkat tetap melakukan aktifitas dirumah saja untuk memutus rantai virus tersebut.
Di tengah masa pandemi Covid-19 ini, saranan untuk tetap di rumah, belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan bersosialisasi dari rumah melalui platform digital.

Beruntung kita berada di era teknologi yang saat ini memungkinkan untuk tetap melanjutkan aktivitas di tengah berbagai batasan yang ditetapkan agar pandemi cepat berlalu. Sebuah platform yang dapat memfasilitasi manusia untuk berkumpul tanpa secara fisik dan nyata berinteraksi, Salah satu contohnya Zoom Meeting.

Melonjaknya pengguna aktif Zoom Meeting di seluruh dunia, memberikan sorotan yang tajam. Mulai dari belajar, bekerja sampai bersosialisasi. Kondisi tersebut seolah menjadikan manusia menjadi “Zoom Politikon”.
Pada awalnya menyenangkan, sampai akhirnya mulai merasakannya sebagai salah satu keadaan yang membosankan bahkan cenderung dirasakan sebagai suatu penderitaan, karena tidak dapat secara fisik dan nyata berinteraksi. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar.

Naluri manusia untuk berkumpul sulit ditaklukan. Manusia yang dikodratkan sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Istilah Zoon Politicon (zoon = hewan; politicon= bermasyarakat) manusia merupakan makhluk sosial, makhluk yang selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan manusia yang lainnya, sebagaimana diungkapkan seorang filsuf Yunani, yaitu Aristoteles telah terbukti secara nyata di abad ini.
Manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain, sebuah hal yang membedakan manusia dengan hewan.

Manusia berbeda dengan hewan karena mereka memiliki akal (logos) untuk berfikir. Manusia kecenderungan untuk bergabung dengan manusia lain untuk membentuk sebuah komunitas. Perlu diketahui bahwa ini tidak berarti bahwa manusia tidak dapat bertahan tanpa hidup bermasyarakat atau bersosialiasai. Pada dasarnya perlu digaris bawahi manausia tidak bisa hidup dan berinteraksi dengan baik tanpa hidup bermasyarakat.
Kondisi pandemi yang memaksa manusia berdiam diri di rumah, tetap terasa berat dilakukan. Manusia mencari upaya menunjukkan naluri sebagai makhluk sosial. Manusia mulai bosan tetap di rumah, kemudian mencari alternatif agar tetap bersosialisasi. Caranya, patuhi protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).

Satu per satu manusia mulai keluar dari rumah, menghirup udara segar. Melakukan aktifitas di luar rumah seperti bekerja, belajar, dan melepas rindu di meja kopian. Kopi dibiarkan dingin tanpa disentuh. Memaksa manusia menjadi “zoom politicon”. Waktu semakin larut dan tidak berhenti memgutak-atik ponsel. Ruang celoteh tidak lagi saling pandang, tetapi terfokus pada layar dan sinyal di udara.

Tidak ada cerita yang menarik obrolan, atau apapun. Bahkan soal percintaan tidak lagi menjadi topik yang hangat. Melainkan kegalauan mencocokkan tanggal dan waktu dalam menyusun jadwal meeting zoom selanjutnya. Ingin menegur tetapi rasanya tidak enak mengganggu.

Dalam menghadapi pandemi, manusia harus siap hidup susah selama pandemi belum berhenti. Zoom dan platform digital lainnya ternyata tidak mampu mengubah manusia dari “Zoon politicon” menjadi “Zoom Politicon”. Manusia sebagai makhluk sosial akan tetap bersosialisasi dengan nyata, membawa inovasi baru dalam berinteraksi selama pandemic Covid-19. Teknologi yang terus berkembang seakan memang sudah meramalkan kondisi dunia suatu saat akan sangat bergantung dengan inovasi teknologi yang ada. Sekarang yang dihadapi manusia fleksibel dengan inovasi teknologi dalam berinteraksi atau membatasi manusia sebagai makhluk sosial “zoon politicon”.

Silvia Sartika Dewi/Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang

Tinggalkan Balasan