Bukittinggi, Sumbartodaynews.com – Menjadi kontraktor sukses dan mengerjakan proyek bernilai milyaran rupiah memang menjadi impian sebagian orang, namun tidak semua pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor sesuai dengan perencanaan bahkan ada yang dikerjakan asal-asalan, dan masuk kategori proyek siluman.
Seperti halnya proyek pekerjaan drainase yang dilanjutkan dengan pembuatan taman diatasnya, yang dilaksanakan oleh PT Mutiara Rezeki Nusantara yang berlokasi di kelurahan Aur Tajungkang Tangah Sawah, kecamatan Guguak Panjang, kota Bukittinggi. Proyek senilai Rp. 8.687.494.498.02 (Delapan Milyar, Enam Ratus Delapan Puluh Tujuh Juta, Empat Ratus Sembilan Puluh Empat Ribu, Empat Ratus Sembilan Puluh Delapan, Dua Rupiah) mulai dikerjakan pada tanggal 27 Oktober 2020 dan harus selesai dalam kurun waktu 240 hari kalender.
Dan saat ini seharusnya proyek tersebut sudah selesai, namun faktanya dilapangan proyek tersebut masih dalam tahap pengerjaan. Ini bukanlah keterlambatan yang biasa kata Endri (nama samaran/red) pemuka masyarakat kepada sumbarlivetv.com, selain terlambat dalam pengerjaanya proyek ini juga dikerjakan asal-asalan, seperti pasangan batu alam yang tidak simetris, ungkap Endri.
Proyek ini dibangun menggunakan uang masyarakat, saya sebagai masyarakat merasa sangat dirugikan melihat proyek yang dikerjakan asal-asalan seperti ini, seakan-akan sudah ada permainan antara konsultan, instansi terkait, dan kontraktor pelaksana, tutur Endri geram.
Untuk memastikan kebenaran dari keterangan yang disampaikan oleh Endri, kami menemui Edi yang disebut-sebut sebagai pengawas di proyek tersebut, kepada wartawan Edi mengaku dirinya bukanlah pengawas dia adalah kepala tukang di proyek bernilai milyaran tersebut.
Kepada sumbarlivetv.com Edi mangatakan bahwa konsultan yang bertanggung jawab mengawasi proyek tersebut baru saja pergi. Diketahui bahwa pengawas proyek ini ada dua orang yaitu Reza dan Budi, namun kepada wartawan Edi beralasan kalau dirinya tidak memiliki nomor telfon mereka berdua.
Saat dihubungi melalui telfon selulernya (pesan WhatsApp) Budi langsung menunjukan sikap pengecutnya dengan memblokir WhatsApp awak media, sedangkan Reza hanya membaca pesan yang dikirim oleh wartawan. Hingga berita ini diturunkan belum ada konfirmasi dari Budi dan Reza terkait proyek siluman yang telah mereka amankan ini.
Dalam kasus ini seluruh pihak yang terlibat sudah gagal menjalankan amanat PP nomor 22 tahun 2020 tentang pelaksanaan UU nomor 2 tahun 2017 tentang jasa konstruksi.
Untuk diketahui fungsi pengawas bukanlah untuk gaya-gayaan, datang, lihat-lihat sebentar, setelah itu duduk-duduk di warung, makan, minum, dan rokok dibayarkan lantas proyek aman. Pengawas dibayar oleh negara menggunakan uang rakyat untuk memastikan proyek berjalan sesuai dengan perencanaan.
~Anasril~