“Di Tengah Pemungkiman Terkesan Penumpukan Limbah Janjangan Kosong”. Dharmasraya, Sumbar livetv com — Hasil pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) PT. Sumbar Andalas Kencana (SAK) Palm Oil limbah janjangan kosong dikelola langsung oleh pihak perkebunan kelapa sawit PT. Sumbar Andalas Kencana, dibawah kepemimpinan Deka dan diwakili oleh Hafizin miris keberadaan perkebunan itu dekat pemungkiman di pinggir jalan Raya Timpeh – Padang Laweh, terkesan penumpukan limbah janjangan kosong.

Sumber dipercaya, pada lokasi tersebut Bapak Ajisman seorang pekerja status Pengawas Kebun (PK) PT.SAK, ia mengatakan kepada awak media waktu itu, saya bekerja di kebun ini sejak mulai pembibitan, dan saya titipan dari bapak Sumadi pemilik perusahaan ini. Maka dari itu saya tahu persis bahwa kebun ini sudah sejak lama juga sebagai penumpukan limbah janjangan kosong disini, bukan untuk pemupukan dan bukan buat sementara, akan tetapi bertahun tahun, katanya.

Sejumlah 6 ribu Ha perkebunan kelapa sawit milik PT. SAK berada pada sisi dua Kecamatan diantaranya Kecamatan Timpeh dan Kecamatan Padang Laweh, tepatnya berbatasan dengan jembatan Jorong Titian Akau nagari Padang Laweh, dan Jorong Ranah Makmur Nagari Ranah Palabi kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat Investigasi media rabu 10/05/2023.

Bukan hanya itu, anehnya pada saat transportasi angkutan janjangan kosong tersebut diduga antara perusahaan dan pihak transportasi tidak memiliki Standarisasi Operasional Prosedur (SOP) ini sangat memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk secara tertulis dan pasti.

Seperti transportasi angkutan janjangan kosong dengan muatan tinggi alias melewati boks mobil tanpa jaring mengakibatkan limbah janjangan kosong tersebut miris ngecer sepanjang jalan Raya, termasuk juga transportasi angkutan buah sawit, sangat mengkhawatirkan terhadap pemakai jalan tersebut akan terjadi musibah jika tidak waspada.

Dihari yang sama, upaya awak media jumpai manager PT. SAK Deka di ruang kerjanya, namun tidak berhasil ditemui menurut keterangan dari kepala kantor mengatakan manajer lagi ke lapangan, katanya.

Tidak lama kemudian muncul wakil dari manajer yaitu Hafizin, nampak keberatan untuk diwawancarai. Berat hati rasa terpaksa, ajakan keruangan kerjanya waktu itu sedikit akan menjawab sebuah pertanyaan, tiba tiba ada telepon masuk lewat Telepon genggamnya, kemudian berubah pikiran tak lagi sanggup menjelaskan, dengan alasan, ini bukan hak saya untuk menjawab pertanyaan bapak. Karena saya disini hanya seorang pekerja, silahkan temui pimpinan saya di Padang, jelasnya.

Diduga seorang wakil manajer perusahaan perkebunan PT. SAK Hafizin tidak menampakan ciri khas seorang pimpinan yang profesional berbahasa, menanggapi, menyingkapi, bersikap dalam kebijakan pelayanan. Sikap tergesah gesah untuk mengatakan cepat saja saya ada keperluan lain,sampai berita ini diterbitkan.

Di tempat terpisah, salah seorang masyarakat tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada awak media, bahwa pihak perusahaan sudah terlena dikarenakan pihak Dinas Lingkungan Hidup diduga tutup mata, sehingga tidak lagi ada pengawasan tentang pengkajian Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).

Akan tetapi dan kanapa pihak Pemerintah dua Kecamatan dan dua Pemerintah Nagari hanya diam, disinyalir di antara pihak tidak menjalankan fungsi pengawasan dan teguran terhadap perusahaan, dugaan tersebut bermain kucing kucingan, ungkapnya.

 

Sementara ketika pihak perusahan didatangi oleh Tim ISPO nampak jelas pihak perusahaan sangat tertata rapi, dan septy. Lihat sekarang, semua sudah berantakan, tidak berselang waktu setahun atau bulan, hitungan hari saja lihat sekarang apa yang terjadi. Hanya saja ketika itu pihak perusahaan terkesan sebagai topeng belaka, siapa yang salah kita tak tau, tambahnya lagi.

 

Dp

 

Bersambung Pada Edisi Berikutnya.

Tinggalkan Balasan