Mimbar Minggu 26 Juli; Tune In (Yohanes 8:47)
Pdt Stefano Indra Brasmono
Senang bisa bertemu kembali dalam kebaktian kali ini. Refleksi kali ini mengangkat judul “Tune In” atau Pada Nada atau Pada Gelombang yang tepat.
Refleksi ini dimulai dengan satu peristiwa yang terjadi di jaman Telegraf (salah satu sarana komunikasi tercepat pada zamannya).
Ada seorang anak muda yang mendaftar untuk menjadi operator dari kode morse, kode yang dikeluarkan oleh telegraf. Melihat iklan di koran bahwa ada satu perusahaan yang membutuhkan operator, ia segera mendaftarkan diri. Ia datang ke alamat kantor itu. Tiba di sana, ia masuk ke salah satu ruangan yang cukup luas, banyak orang dan begitu ramai, termasuk keramaian suara “kliker” seperti kode morse yang sedang dibunyikan. Di sisi kanan, ada resepsionis, dan para pelamar diminta mengisi formulir, lalu menunggu di ruangan yang telah disiapkan.
Pemuda ini cepat mengambil formulir, mengisi, dan datang ke ruang tunggu. Di sana sudah ada tujuh orang yang juga menunggu. Tidak lama kemudian, pemuda ini berdiri, lalu masuk ruang wawancara. Hal itu mengejutkan pelamar lainnya. “Lho kok seperti ini? Tiba-tiba pemuda itu keluar dan langsung masuk ke ruang wawancara itu?” Mereka “ngedumel” dan marah.
Singkat cerita, tidak beberapa lama kemudian, pemimpin kantor keluar bersama pemuda itu. Keduanya menemui tujuh pelamar lain yang tengah menunggu. Kepada mereka, pemimpin kantor sampaikan terima kasih atas kesedian melamar pekerjaan di tempatnya. Namun, katanya, kantor telah menerima seorang operator kode morse yang dibutuhkan.
Sontak, ketujuh pelamar tadi marah. Bahkan, ada satu orang yang berdiri dan merasa diperlakukan tidak adil karena sudah datang lebih dahulu dan telah lama menunggu. Sementara ada pelamar yang datang belakangan, tapi bisa langsung wawancara diterima.
“Benar bahwa saudara-saudara telah datang lebih dulu, tetapi berkali-kali sebenarnya kami memanggil saudara dengan kode morse yang ada di sini, saudara-saudara tidak datang, tetapi pemuda ini, pada waktu ia mendengarkan kode morse itu, ia berdiri dan ia datang ke ruang wawancara,” kata Kepala kantor memberi penjelasan.
Cerita ini dapat menggambarkan salah satu firman Tuhan Yohanes 8:47: “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.”
Setiap orang punya kesibukan dengan segala hiruk pikuknya. Itu tidak salah. Setiap orang memiliki kehidupan masing-masing. Banyak di antara orang percaya yang mengaku anak Tuhan juga sibuk setengah mati dengan urusan ini dan itu. Namun, di tengah-tengah kesibukan itu seringkali Tuhan masih memanggil, Tuhan masih ingin berbicara kepada kita. Masalahnya, seperti tujuh orang tadi, kita tidak mengenal suara Tuhan.
Seringkali kita mengatakan di mana Tuhan? Kita ingin mendengarkan suara itu, lalu kita mulai bertanya-tanya: ”Bagaimana saya bisa mendengarkan suara Tuhan? Bagaimana saya bisa berada pada nada? Atau Bagaimana saya bisa berada pada gelombang yang tepat dari suara Tuhan? Bagaimana saya bisa tune in?”
Ini mengingatkan pada cerita Samuel dalam 1 Samuel 3:1-21. Pada waktu Samuel belum dapat membedakan nada atau gelombang yang tepat dari suara Tuhan, Dia juga tidak bisa mengenal, bahkan berkali-kali datang kepada Imam Eli: “Ya Bapa, apakah engkau memanggil aku?” dan ini dilakukannya tiga kali.
Samuel beruntung memiliki Imam Eli atau kenal dengan Imam Eli. Kali ketiga datang ke Imam Eli, dia baru tahu bahwa Tuhanlah yang sedang berbicara. Dikatakan oleh Imam Eli, kalau nanti ada panggilan atau suara itu, jawablah seperti ini: “Berbicaralah Tuhan sebab hamba-Mu ini mendengar.” Seperti yang ditulis dalam 1 Samuel 3:9.
Bapak, ibu dan saudara-saudara sekalian. Pada saat kita dapat atau tidak dapat mendengar suara Tuhan, lalu kita berpikir apakah kita memiliki orang atau siapapun yang bisa membantu kita untuk mendengar suara Tuhan, suara Tuhan seperti Imam Eli, sebenarya ada saudara-saudara. Itu sebabnya ini menjadi jawaban atau menjadi butir pertama untuk mengetahui suara Allah melalui orang-orang atau melalui jawatan yang Tuhan berikan atau persiapkan untuk saudara dan saya. Seperti yang tertulis dalam Efesus 4:11-12, yang berbunyi:
“Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.”
Jadi para rasul, para nabi, para pemberita Injil, para gembala, para pengajar mereka seperti imam Eli untuk kita. Mungkin kita akan sulit untuk bertemu dengan rasul dan nabi pada hari-hari ini. Tapi bukankah ada pemberita Injil, bukankah ada gembala, bukankah ada para pengajar dan inilah orang-orang yang saya katakan tadi seperti Imam Eli.
Yang kedua, Tuhan berbicara juga melalui media yang lain, seperti kalau kita mau tune in itu ada transistor, kalau kita mau mendengarkan suara atau kita mau mendengarkan sesuatu ada headphone, atau kita katakan saja seperti Holy Headphone, atau telegraf tadi. Dalam Mazmur 119:104-105 dijelaskan:
“Aku beroleh pengertian dari titah-titah-Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta.”
Perhatikan ayat 105, ini satu ayat yang sangat terkenal:
“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku.”
Yang ketiga, Tuhan juga berbicara melalui Roh Kudus-Nya seperti yang tertulis di dalam Roma 8:16:
“Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”
Seringkali kita harus tune in kembali hati kita. Sebab, kita harus tune in dengan roh yang ada di dalam hati kita.
Yang keempat, Tuhan juga berbicara dalam suara hati manusia. Kita sering mengatakan pesan tertentu sebagai suara hati. Saya ingin membedakan apakah itu suara saya sendiri atau suara Tuhan. Perbedaannya ialah suara hati kita, apabila ia sudah bersama dengan suara Roh Kudus maka kita bisa pastikan kalau itu suara Tuhan. Ini seperti yang tertulis di dalam Roma 9:1:
“Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus.”
Dan yang terakhir saudara-saudara, Tuhan berbicara melalui suara otoritasnya. Dan, suara otoritasnya itu melalui kuasa Roh Kudus. Ini seperti pada waktu Petrus mendapatkan penglihatan tertulis dalam Kisah Para Rasul 10:19-20:
“Dan ketika Petrus sedang berpikir tentang penglihatan itu, berkatalah Roh: “Ada tiga orang mencari engkau. Bangunlah, turunlah ke bawah dan berangkatlah bersama-sama dengan mereka. Jangan bimbang, sebab Aku yang menyuruh mereka ke mari.” Jadi ada otoritas dari Tuhan.
Bapak, ibu dan saudara sekalian. Sebenarnya kita ini memiliki kemewahan jalan dan fasilitas untuk mengenal suara Tuhan. Kita tidak perlu mengandalkan kekuatan kita sendiri, tetapi kuncinya memang kita perlu mengenal suara Tuhan. Tentu kita tidak mau seperti tujuh orang tadi yang mencari pekerjaan, membutuhkan pekerjaan tetapi akhirnya tidak mendapat pekerjaan karena tidak mengenal suara pada saat dipanggil. Oleh karenanya, mari kita kembali tune in dengan suara Tuhan. Di dalam Yohanes 10:3-4 dikatakan:
“Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.”
Bapak dan ibu dan saudara-saudara, kiranya Firman Tuhan ini akan memberkati kita semua, amin.
Pdt. Stefano Indra Brasmono (Sekretaris Umum Badan Pengurus Pusat Gereja Sidang Jemaat Allah atau GSJA)
# Kemenag