Pro dan Kontra Penggantian Nama Puncak Paku di Kawasan Mandeh

Pessel Sumbarlivetv -Dengan Pesat nya perkembambangan objek wissata di Sumatera Barat Khusus di wilayah pesisir Selatan yang Saat ini sangat mencuat yaitu Objek wisata di kawasan Mandeh.

Alesandro Satri 37th Salah seorang tokoh pemuda di kawasan wisata Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan mengungkapkan ” Terbukanya kawasan wisata Mandeh memang karena peran besar dari Presiden Jokowi beserta jajarannya serta para pegiat pariwisata pada tahun 2015.

Ketika itu, Jokowi bersama Ibu Iriana dan para menteri datang mencanangkan Kawasan Wisata Bahari Terpadu (KWBT) Mandeh.

Satri yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sei Nyalo Mudiak Aia, Salah seorang tokoh yang membuka komunikasi hingga Presiden datang ke Mandeh waktu itu adalah, Andrinof Chaniago yang pernah menjabat Menteri PPN/ Kepala Bappenas di kabinet Jokowi.

Baca juga :  Fraksi PDIP Ade Perdana Putra Yang Merupakan Anggota DPRD Dharmasraya Memberikan Bantuan PIP Untuk SMP Negri 1 Pulau Punjung

“Sebagai penghargaan, sebaiknya, yang lebih pas itu nama Pak Jokowi diberikan untuk penamaan jalan ke Mandeh. Ada dasar dan sejarahnya. Sebab jalan yang terbuka sekarang berkat peran Pak Jokowi yang meminta Menteri PUPR ketika itu guna memudahkan akses wisatawan ke Mandeh. Alhamdulillah sekarang sudah selesai dan bagus,” kata Satri.

Hal senada ditambahkan Satri lagi”Saya berharap dengan begitu tidak terjadi pro-kontra lagi di daerah terkait usulan penggantian nama Puncak Paku jadi Puncak Jokowi.
Menurut saya jalan tengah dan lebih tepat dibanding mengubah nama Puncak Paku, Sepanjang jalan Mandeh itu dibikin nama jalan Jokowi, dan ada sebagian jalan Darizal Basir (mantan Bupati Pessel yang kini anggota DPR RI, yang membuka di awal. Lebih elegan dan keren,” kata Satri.

Baca juga :  DISHUB DHARMASRAYA BERLAKUKAN PEMBATASAN JAM OPERASIONAL KENDARAAN ANGKUTAN BARANG

Sebelumnya, Satri terkejut dan menolak penggantian nama “Puncak Paku” jadi “Puncak Jokowi” karena dia menilai tidak berdasarkan pada sejarah.

Diceritakannya, penamaan Puncak Paku karena dulunya di daerah itu banyak tumbuhan paku yang bisa dikonsumsi masyarakat. Begitu pula penamaan kawasan lain di Kawasan Mandeh seperti Kapo-Kapo karena di lokasi itu dulu banyak ditanami pohon Kapo.

Kita berharap rencana bupati mengubah nama “Puncak Paku” menjadi “Puncak Jokowi” dibatalkan karena merusak tantanan sejarah yang telah ada. Kalau ingin bikin nama di tempat lain saja yang punya landasan sejarahnya,” tegas pegiat wisata yang akrab disapa Satri ini.

Syahril

Tinggalkan Balasan