BALI,  Sumbarlivetv.com – Sutan Riska Beri Sambutan Persiapan World Water Forum ke-10 . Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum APKASI, memimpin dan memberikan sambutan pada audiensi persiapan 2ND Stakeholder Consultation Meeting World Water Forum ke-10 yang berlangsung di Bali pada Selasa, (10/10/23).

Turut hadir dalam acara tersebut, Presiden World Water Council (WWC) Loïc Fauchon, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang diwakili Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, M Zainal Fattah, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Ekonomi dan Investasi Dadang Rukmana, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi Industri, dan Lingkungan, Endra S. Atmawidjaja. Hadir pula Ketua Umum APPSI, Al Haris, yang juga Gubernur Jambi, serta Ketua Dewan Pengurus APEKSI, Bima Arya Sugiarto, yang juga Walikota Bogor.

Dalam sambutannya, Ketua APKASI menyampaikan rasa hormat dan terima kasih tinggi kepada Menteri PU yang berkenan mengundang APKASI untuk berdiskusi mengenai pentingnya air di atas bumi ini, bersama Presiden World Water Council.

“Jika selama ini kita mengira matahari adalah entitas tertua di jagad raya, maka kita keliru. Para saintis telah mengungkap bahwa air yang ada di bumi, berusia jauh lebih tua dari matahari. Ia berasal dari luar tata surya kita dan melewati perjalanan jutaan tahun cahaya untuk mencapai bumi. Untuk memberi kita kehidupan. Perjalanan AIR adalah perjalanan keajaiban. Ketika Elon Musk berambisi menjadikan Mars sebagai planet baru untuk menggantikan bumi yang terancam punah karena krisis iklim, Ia menemui tembok tebal yang tak dapat ditembus. Mars boleh saja memiliki struktur atmosfir yang bisa dimodifikasi untuk sumber oksigen makhluk hidup, tapi ia gagal mendapatkan satu substansi penting yang menjadi kunci segala denyut nadi yaitu AIR,” kata Ketua APKASI.

Maka tak heran, jika nenek moyang kita, leluhur-leluhur kita, sejak asal mula telah memuliakan air sebagaimana kehidupan itu sendiri. Mata air disakralkan. Sungai-sungai dijaga. Laut disucikan dengan berbagai ritual dan penjagaan. Semesta dan manusia hidup dalam keselarasan yang hakiki. Saling jaga, saling beri, saling lindungi.

Ketua Sutan Riska juga menyampaikan beberapa permasalahan yang dihadapi, termasuk tarif yang masih di bawah harga dasar (full cost recovery). Pemkab menyadari bahwa menaikkan tarif air minum di atas full cost recovery (FCR) bukan keputusan yang mudah. Ada banyak pertimbangan yang perlu dilakukan, seperti harga bahan pokok dan daya beli masyarakat. Kenaikan tarif juga dapat berdampak pada inflasi daerah yang signifikan.

Kedua, pendanaan untuk PDAM oleh Pemerintah Daerah menjadi tantangan. Pemerintah kabupaten dihadapkan pada keterbatasan dana untuk mendukung pengelolaan air bersih. Sebagian besar sumber keuangan Pemerintah kabupaten masih bergantung pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Sementara itu, banyak hutang PDAM yang belum terselesaikan menjadi masalah lama yang perlu diperbaiki.

“Kini, ketika segalanya telah memasuki fase apokaliptik, kita tersadar bahwa menyelamatkan AIR artinya menyelamatkan kemanusiaan. Menghancurkannya adalah menghancurkan kemanusiaan. Maka dengan ini kami, mewakili jutaan suara anak bangsa yang tak mampu bersuara, menyeru dengan sungguh-sungguh, dengan hati yang setengah luka dan setengah harap,” terangnya lagi.

Untuk menjadi negara yang memimpin, Pemerintah diminta untuk memuliakan kembali air dengan menjaga mata-mata air yang tersebar di seluruh wilayah khatulistiwa. Hal ini mencakup mata air yang masih memancar dari selubung relung-relung hutan yang dalam maupun yang telah dibuka, dimanfaatkan warga maupun yang dieksploitasi oleh kepentingan industri.

Upaya menjaga dan mengembalikan kealamian sungai, danau, rawa basah, dan laut berserta seluruh keanekaragaman hayati yang dihidupi dan menghidupinya juga menjadi fokus. Sungai-sungai yang telah tercemar dan merana akibat limbah akan dipulihkan dengan teknologi pemurnian dan relokasi industri serta saluran pembuangan yang terhubung langsung dengan sungai.

Pada tataran implementasi, Pemerintah Kabupaten berkomitmen untuk meningkatkan koordinasi dan kolaborasi dalam pengelolaan sumber daya air. Inovasi pembiayaan dan perluasan kerja sama melalui partisipasi sektor swasta dalam penyediaan infrastruktur pengelolaan air bersih akan diupayakan melalui Skema Perjanjian Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (PKBU).

“Di samping itu, perlu juga dipertimbangkan penggunaan skema dengan investasi pembiayaan campuran (blended financing) sehingga bisa membangun akses dari sumber sampai ke konsumen. Kami juga akan terus mendorong peningkatan kapasitas Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS),” pungkas Ketua APKASI.

Rahmat J / hms

Tinggalkan Balasan