Sumbartodaynews Di bumi Nusantara ini banyak orang yang diulamakan. Namun, tidak semua yang diulamakan adalah ulama,karena menjadi ulama yang sesungguhnya tidaklah mudah,melainkan harus memiliki 3 kecerdasan,yaitu kecerdasan intelektual,kecerdasan spritual dan kecerdasan emosional.
Kebanyakan yang diulamakan hanya memiliki kecerdasan intelektual karena banyaknya ilmu yang diperoleh dipesantren atau bangku kuliah di dalam atau di luar negeri.
Ketiga kecerdasan di atas dimiliki oleh para ulama sejati,baik di zaman para sahabat, tabiin,tabiut tabi’in dan setelahnya. Mereka adalah para pewaris Nabi,yaitu mewarisi dan meneruskan ilmu agama dari Nabi,yaitu ilmu tauhid dan Sunnah,dan menjauhi ilmu syirik dan bid’ah. Mereka benar-benar paham tauhid dan Sunnah sehingga berjuang untuk menegakkannya.
Mereka paham syirik dan bid’ah sehingga berjuang untuk meninggalkan dan memeranginya.
Muslim yang memiliki kecerdasan spritual bukan dilihat dari banyaknya ilmu yang dimiliki, bukan pula banyaknya hapalan Al Qur’an atau hadis,dan bukan pula tingginya lembaga pendidikan tempat menuntut ilmu. Melainkan ditentukan oleh pahaman dan pengamalannya dalam.beragama. Antara lain cirinya adalah:
1. Bersikap “sami’na wa ato’na” terhadap perkataan Allah dan Rasul,tidak membantah,apalagi menolaknya, karena meyakini bahwa perkataan Allah dan Rasul adalah kebenaran.
2. Memilih manhaj salaf dalam menjalankan agama Islam karena meyakini bahwa manhaj salaf adalah manhaj yang diridhoi Allah.
3. Mengutamakan dalil sahih di atas akal dalam memahami agama Islam,karena dalil adalah Wahyu sedangkan akal tidak sanggup mengalahkan dalil.
4. Mengamalkan agama dengan melakukan yang disyariatkan saja sesuai tuntunan Rasulullah dan meninggalkan amalan yang tidak disyariatkan karena paham bahwa melakukan amalan yang tidak disyariatkan hanyalah membuang-buang waktu,tenaga,ataupun biaya.
5. Meninggalkan segala amalan syirik karena paham bahwa syirik hanyalah merusak pahala ibadah dan bisa menjerumuskan diri ke dalam neraka karena termasuk kezaliman yang amat besar.
Makanya kalau ada orang yang diulamakan, memiliki pengikut yang banyak,bertahun-tahun belajar di pesantren atau di perguruan tinggi luar negeri tapi belum memahami bid’ah, menolak perkataan Allah tentang sifat ketinggian Allah di atas Arsy, yang menolak perkataan Nabi bahwa setiap bid’ah adalah sesat,membid’ah teknologi, atau yang membela amalan syirik dan bid’ah maka belum bisa disebut ulama,melainkan hanya bisa disebut sarjana
#Ella Sahabuddin