Milenial Minangkabau

Sumbarlivetv.com – Tungku Tigo Sajarangan bahas kualitas generasi muda Minangkabau dalam Focus Discussion Group (FGD) dengan tema Berkurangnya Kualitas Generasi Muda Minangkabau pada hari Rabu, (23/3) di convention hall Prof. Yunahar Ilyas kampus III Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat Bukittinggi.

Kegiatan yang di inisiasi oleh UM Sumatera Barat bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Komunikasi Palanta (FKP) menghadirkan narasumber dari unsur Niniak Mamak, Alim Ulama, dan Cadiak Pandai.

Tema menyangkut issu menurunnya kualitas generasi muda memang menarik untuk dibahas, lebih lagi jika pembahasan tersebut melibatkan generasi muda itu sendiri, maka akan terjadi interaksi dan argumentasi pemikiran untuk mengatasi fenomena ini. Melirik pada tema yang diangkat FGD tersebut akan muncul pertanyaan, Apakah Benar Kualitas Generasi Muda Minangkabau Alami Kemunduran?

Penulis sangat mengapresiasi dilaksanakanya FGD yang membahas fenomena yang terjadi ditengah generasi muda, khususnya generasi muda Minangkabau. Sayangnya diskusi yang dilaksanakan selama lebih kurang tiga jam tidak melibatkan generasi muda. Meskipun diundang posisi kami hanyalah sebagai pendengar dari awal hingga selesai, agar diskusi ini memperoleh hasil dan kesimpulan yang baik seharusnya panitia membuka kesempatan bagi kami untuk menyampaikan opini, dan argumentasi bukan hanya datang, duduk, dengarkan lalu pulang.

Meskipun kami masih sangat muda, kami juga ingin suara kami didengar, mari kita diskusikan apa penyebab turunnya kualitas generasi muda. Karena menurut pandangan kami salah satu penyebab turunnya kualitas generasi muda tidak lepas dari peran orang tua.

Mohon ma’af, kami bukanlah mencari pembenaran ataupun menyalahkan tapi lebih kepada menyampaikan fenomena yang secara umum terjadi di tengah masyarakat, sesuai dengan sudut pandang kami sebagai Anak Mudo Matah.

Sebagai milenial Minangkabau kami setuju dengan apa yang disampaikan orang tua kita, sekaligus guru kita yang dalam hal ini bertindak sebagai narasumber. Mereka menegaskan “Yang Berkurang Bukanlah Kualitas Generasi Muda Minangkabau, Namun Karakter Generasi Muda”.

Minimnya karakter generasi muda tidak lepas dari peran penting orang tua, mamak, tokoh tauladan, lingkungan, dan guru disekolah. Dahulu jika seorang anak melakukan kesalahan maka orang lain yang melihat berkewajiban menasehati anak tersebut. Ironisnya zaman sekarang jika hal itu dilakukan, orang tua si anak akan menyerang balik orang yang menasehati anaknya.

Dahulu saat dimarahi guru disekolah, jika mengadu kepada orang tua kita akan dimarahi, karena tidak mungkin seorang guru memarahi muridnya jika ia tidak melakukan kesalahan. Namun sekarang seorang murid sudah berani mengajak duel gurunya.

Hari  ini banyak orang tua yang terlalu memanjakan anaknya, karena tidak mau anaknya menangis apapun keinginannya akan dituruti. Sadarkah wahai para orang tua, otak anak yang sedang berkembang menyimpan hal ini dalam memorinya.

“Kalau keinginan saya tidak di penuhi tinggal menangis saja, pasti nanti akan di beri” kalimat itulah yang muncul dalam fikiranya.

Selain itu kebiasaan buruk orang tua saat memarahi anak dihadapan orang ramai dan suka membanding-bandingkan dengan orang lain, sikap demikian akan membunuh mental anak, sehingga anak jadi pribadi yang penakut, pendendam dan tidak percaya diri.

Anak Dimarahi
Gambar Ilustrasi Orang Tua Memarahi Anak

Kebobrokan ini diperparah dengan jauhnya generasi muda dari Surau, dan pudarnya fungsi Surau sebagai sarana belajar, mangaji, dan basilek. Generasi muda kita sudah dikuasi teknologi  yang ada dalam genggamanya. Tidak juga dipungkiri bahwa kemajuan dan kecanggihan teknologi telah banyak membantu kita dalam menjalani aktivitas sehari-hari, namun jika tidak disikapi dengan bijaksana disanalah timbul permasalahan.

Menyikapi jauhnya generasi muda dari Surau, baru-baru ini seorang ketua RT yang kebetulan sering jadi mu’azin Masjid di salah satu Masjid tertua di kota Bukittinggi, melarang anak kecil untuk datang ke Masjid dengan alasan meribut. Apakah sikap oknum tersebut dapat dibenarkan?

Sebagai orang terpelajar dan tau agama dia lupa bahwa rasulullah tidak pernah melakukan hal demikian. Rasulullah juga membawa cucunya ke Masjid, saat cucunya berbuat kenakalan apakah beliau melarang cucunya ke Masjid dan memarahinya? Jawabanya Tidak.

Karena kalau dilarang dan dimarahi, seorang anak akan kehilangan rasa cinta terhadap Masjid dan malas untuk mengunjungi Masjid dengan alasan takut akan dilarang dan dimarahi kembali. Saat hal ini terjadi siapa lagi yang akan memakmurkan Masjid?

Pemimpin terbaik yang dijanjikan nabi Muhammad SAW, Sultan Muhammad Al-Fatih pernah berkata, “Jika suatu saat masa kelak kamu tidak lagi mendengar bunyi bising dan gelak tertawa anak-anak riang diantara shaf-shaf shalat di Masjid-Masjid, maka sesungguhnya takutlah kalian akan kejatuhan generasi muda kalian di masa itu”.

Sekali lagi kami sampaikan tulisan ini bukanlah suatu bentuk perlawanan tapi lebih pada pengingat bagi kita semua, bahwa fenomena yang sedang terjadi saat ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain.

Singkek Bauleh, Kurang Batukuak, Nan Patah Disambuang.

-Frans-

 

Tinggalkan Balasan