Padang, Sumbarlivetv – Wanita dalam pandangan agama islam dan adat minangkabau, ada dua sistim yang memuliakan wanita di dunia.Pertama agama Islam,ke dua adat Minangkabau.
Ajaran agama Islam telah lama memiliki andil yang begitu besar dalam memuliakan wanita,jauh dari stigma Barat terhadap ajaran Islam yang menyebut Islam memasung kebebasan wanita,menjauhkannya dari keadilan serta tidak menghargainya.
Sebelum agama Islam datang, kaum wanita justru dipandang rendah oleh seluruh umat manusia, bahkan jauh dari sifat kemanusiaan.
Namun ketika cahaya Islam datang menerangi kegelapan dengan risalah yang dibawa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,wanita di kembalikan pada posisi yang mulia.
Bahkan Al Quran menggunakan salah satu nama surat diantara 114 suratnya, yakni “An-Nisa” atau yang berarti wanita.Disana digambarkan betapa strategisnya posisi wanita ini dalam kehidupan keluarga dan bahkan pada struktur komunitas masyarakat atau negara.
Sesuai dengan firman Allah SWT didalam alquran:
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa : 19).
Diantara pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar umat Islam senantiasa menghargai dan memuliakan kaum wanita termaktub dalam sebuah hadist yaitu:
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita”.(HR Muslim: 3729).
Wanita dalam susunan masyarakat adat minangkabau memiliki peranan yang khas. Sistem kekerabatan matrilinial atau bernasab kepada ibu menjadi pembeda yang kontras terkait posisi wanita Minang dengan suku-suku lain yang ada di bumi nusantara.
Baca juga : Alasan Kenapa Keris Orang Minang Didepan
Wanita dalam sudut pandang adat dan kebudayaan, tidak akan bisa lepas dari kaumnya. Hal ini sejalan dengan semangat dari adat Minangkabau yang sangat asing dengan individualisme. “Limpapeh rumah nan gadang”,menjelaskan wanita sebagai simbol dari runtuh bangunnya sebuah kaum. Anggapan bahwa baik-buruknya sebuah kaum tergantung dari wanitanya.
Minangkabau tak perlu sebutan “Miss”.
Cukup lah gelar di tanah kaum nya yaitu “Bundo kanduang”.
Tatanan ideal adat Minangkabau telah mengatur sedemikian rupa peran wanita dalam kontek kemasyarakatan. Anak gadis Minang dalam perspektif adat, pada suatu ketika akan menjadi “Bundo Kanduang”.Pengertian Bundo Kanduang merujuk kepada perkumpulan wanita yang paling tua pada suatu kaum. Ada beberapa hal terkait dari fungsi Bundo Kanduang yaitu: sebagai penerima waris dari Pusako Tinggi, menjaga keberlangsungan keturunan, dan sebagai lambang moralitas dari masyarakat Minangkabau.
Wanita minang juga mempunyai ciri khas dari segi Pakaian nya ,akhlak,budi pekerti,rendah hati dan lembut tutur katanya.
Dengan akhlak nya “Inyo labiah agung dari matahari”.
Dengan Budi pekerti ,”Inyo labiah harum dari kuntum setaman”,dan
Dengan rendah hati nya,”Inyo labiah tinggi dari pado bulan”.
Dan dengan kelembutan nya,”Inyo labiah halus dari pado rintik hujan”.
”Jalan nyo manakua,pantang bajalan di galanggang rami,kalau bukan Jo muhrimnyo.Bukan maliuak2 di nan rami,di Mato urang banyak.apolai dengan pakaian yang mencaliak an auratnyo”.
Itulah ciri khas wanita minangkabau,semoga ciri khas tersebut tetap melekat dan tetap ada walaupun zaman sekarang sudah berubah.
(Ricky)